PURBALINGGA – Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BECon MM mengingatkan kepada anak-anak yang telah selesai menjalani pengasuhan di Panti Asuhan Mandhanisiwi. Mereka diingatkan, selesai masa pengasuhan atau pendampingan di panti asuhan bukan akhir dari segalanya. Justru merupakan permulaan untuk menyongsong masa depan.

“Saya pesan kepada anak-anak dan orangtua murid, hari ini bukan akhir dari segalanya justru merupakan permulaan bagi anak kita untuk menyongsong masa depan yang lebih gemilang. Saya mendorong orang tua dan anak-anak untuk bisa terus melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” pesan Bupati Tiwi saat acara Silaturahmi dan Pelepasan Anak Asuh Panti Asuhan Mandhanisiwi PKU Muhammadiyah Purbalingga, Sabtu (11/6).

Anak-anak yang telah selesai masa asuhnya merupakan generasi dan asset bangsa. Dari 11 anak asuh yang telah selesai menjalani pengasuhan dan pendampingan di panti asuhan Mandhanisiwi, 5 anak asuh diantaranya telah diterima di Universitas Muhammadiyah Purworejo.

“Potensi generasi muda sangat luar biasa, dimana masa depan Indonesia ada di tangan generasi muda saat ini. Merekalah yang akan menentukan Indonesia di masa depan. Terlebih 5 alumni panti asuhan ini telah diterima menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purworejo,” katanya.

Dikatakan Tiwi, di Kabupaten Purbalingga angka putus sekolah cukup tinggi. Faktor ekonomi bukanlah penyebab utama, namun justru factor lingkungan yang mempengaruhi angka putus sekolah. Tingginya angka putus sekolah ini berdampak buruk pada angka perkawinan muda. Dampak lebih jauh adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi dan bayi lahir stunting.

“Survei membuktikan, justru factor lingkungan paling dominan terhadap kasus putus sekolah. Dan dampaknya akan muncul perkawinan dini dan berdampak pula pada angka kematian ibu, angka kematian bayi dan kasus stunting.”paparnya.

Bupati berpesan meskipun telah selesai menjadi anak asuh, mereka diminta untuk tetap menjalin silaturahmi dan tidak melupakan panti asuhan yang telah mendidiknya.

“Selamat kepada anak asuh yang telah selesai, dan jalin terus silaturahmi dengan panti asuhan Mandhanisiwi, jangan dilupakan meskipun kalian sudah berada di luar kota.”pesannya.

Sementara ketua pengurus Panti Asuhan Mandhanisiwi, Suparna mengungkapkan, panti asuhan yang dipimpinnya merupakan lembaga sosial yang menangani anak-anak penyandang sosial dengan segmen keterlantaran. Kebanyakkan anak asuh merupakan anak yang mengalami keterlantaran karena ditinggal orang tua, kurang kasih sayang, factor ekonomi dan masalah keluarga pecah. Panti Asuhan Mandhanisiwi didirikan tahun 1960 dan baru tahun 1963 memiliki gedung/bangunan. Rencananya dalam waktu dekat akan direhab bangunan yang memang sudah tua dan diganti dengan bangunan baru lantai dua dengan anggaran senilai Rp. 1,3 miliar.

“Aula panti rencananya akan direhab dan tingkat. Kebetulan semua panitia merupakan alumni panti dengan anggaran Rp. 1,3 miliar. Dan alumni ada yang jadi pemborong, ada yang nyumbang split secukupnya, ada yang nyumbang uang 25 juta rupiah dan ada yang membantu semen,” tutur Suparna.